Pengertian dan Macam Macam Genteng
MuchasimGenteng - Genteng
merupakan bagian utama dari suatu bangunan sebagai penutup atap rumah. Fungsi
utama genteng adalah menahan panas sinar matahari dan guyuran air hujan. Jenis
genteng bermacam-macam, ada genteng beton, genteng tanah liat, genteng keramik,
genteng seng dan genteng kayu (sirap). Keunggulan genteng tanah liat (lempung)
selain murah, bahan ini tahan segala cuaca, dan lebih ringan dibanding genteng
beton. Sedangkan kelemahannya, genteng ini bisa pecah karena kejatuhan benda
atau menerima beban tekanan yang besar melebihi kapasitasnya. Kualitas genteng
sangat ditentukan dari bahan dan suhu pembakaran, karena hal tersebut akan
menentukan daya serap air dan daya tekan genteng. (Aryadi. Y, 2010). Genteng
merupakan salah satu komponen penting pembangunan perumahan yang memiliki
fungsi untuk melindungi rumah dari suhu,hujan maupun fungsi lainnya. Agar
kualitas genteng optimal, maka daya serap air harus seminimal mungkin, agar
kebocoran dapat diminimalisir. (Musabbikhah, 2007).
Genteng metal |
harga gentenggalvalum
Genteng
merupakan benda yang berfungsi untuk atap suatu bangunan. Dahulu genteng
berasal dari tanah liat yang dicetak dan dipanaskan sampai kering. Seiring
dengan kemajuan ilmu dan teknologi dewasa ini genteng telah banyak memiliki
macam dan bentuk dan tidak lagi berasal dari tanah liat semata, tetapi secara umum genteng dibuat
dari semen, agregat (pasir) dan air yang dicampur dengan material lain dengan
perbandingan tertentu. Selain itu, untuk menambah kekuatan genteng juga
digunakan campuran seperti serat alam, serat asbes, serat gelas, perekat aspal
dan biji-biji logam yang memperkuat mutu genteng. Dengan mengingat fungsi
genteng sebagai atap yang berperan penting dalam suatu bangunan untuk pelindung
rumah dari terik matahari, hujan dan perubahan cuaca lainnya. Maka genteng
harus mempunyai sifat mekanis yang baik, seperti kekuatan tekan, kekuatan
pukul, kekerasan dan sifat lainnya.(Saragih, 2007).
Jenis-jenis genteng :
1. Genteng atap sirap
Penutup
atap yang terbuat dari kepingan tipis kayu ulin (eusideroxylon zwageri) ini
umur kerjanya tergantung keadaan lingkungan, kualitas kayu besi yang digunakan,
dan besarnya sudut atap. Penutup atap jenis ini bisa bertahan antara 25 tahun
hingga selamanya. Bentuknya yang unik cocok untuk rumah rumah bergaya country
dan yang menyatu dengan alam. (Ediputra, 2010).
2. Genteng tanah liat
tradisional
Material
ini banyak dipergunakan pada rumah umumnya. Genteng terbuat dari tanah liat
yang dipress dan dibakar dan kekuatannya cukup bagus. Genteng tanah liat
membutuhkan rangka untuk pemasangannya. Genteng dipasang pada atap miring.
Warna dan penampilan genteng ini akan berubah seiring waktu yang berjalan.
Biasanya akan tumbuh jamur di bagian badan genteng. Bagi sebagian orang dengan
gaya rumah tertentu mungkin ini bisa membuat tampilan tampak lebih alami, namun
sebagian besar orang tidak menyukai tampilan ini. (Ediputra, 2010).
Genteng tanah liat |
Harga genteng morando
3. Genteng keramik
Bahan
dasarnya tetap keramik yang berasal dari tanah liat. Namun genteng ini telah
mengalami proses finishing yaitu lapisan glazur pada permukaannya. Lapisan ini
dapat diberi warna yang beragam dan melindungi genteng dari lumut. Umurnya bisa
20 – 50 tahun dapat ditanyakan ke distributor. Aplikasinya sangat cocok untuk hunian
modern di perkotaan. (Ediputra, 2010).
4. Genteng beton
Bentuk
dan ukurannya hampir sama dengan genteng tanah tradisional, hanya bahan
dasarnya adalah campuran semen PC dan pasir kasar, kemudian diberi lapisan
tipis yang berfungsi sebagai pewarna dan kedap air. Sebenarnya atap ini bisa
bertahan hampir selamanya, tetapi lapisan pelindungnya hanya akan bertahan antara
30 tahun hingga 40 tahun. (Ediputra, 2010).
5. Genteng dak beton
Atap
ini biasanya merupakan atap datar yang terbuat dari kombinasi besi dan beton.
Banyak digunakan pada rumah-rumah modern minimalis dan kontemporer. Konstruksinya
yang kuat memungkinkan untuk mempergunakan atap ini sebagai tempat
beraktifitas. Contohnya menjemur pakaian dan bercocok tanam dengan pot.Kebocoran
pada atap dak beton sering sekali
terjadi. Maka perlu pengawasan pada pengecoran dan pemakaian waterproofing pada
lapisan atasnya. (Ediputra, 2010).
6. Genteng metal
Bentuknya
lembaran, mirip seng. Genteng ini ditaman pada balok gording rangka atap,
menggunakan sekrup. Bentuk lain berupa genteng lembaran. Pemasangannya tidak
jauh berbeda dengan genteng tanah liat hanya ukurannya saja yang lebih besar.
Ukuran yang tersedia bervariasi, 60-120cm (lebar), dengan ketebalan 0.3mm dan
panjang antara 1.2-12m. (Ediputra, 2010).
7. Genteng aspal
Bahan
meterial yang satu ini dari campuran lembaran bitumen (turunan aspal) dan bahan
kimia lain. Ada dua model yang tersedia di pasar. Pertama, model datar bertumpu
pada multipleks yang menempel pada rangka. Multipleks dan rangka dikaitkan
dengan bantuan sekrup. Genteng aspal dilem ke papan. Untuk jenis kedua, model
bergelombang, ia cukup disekrup pada balok gording.
Pemakaian
atap kaca semakin popular untuk mendapatkan penerangan alami dalam rumah pada
siang hari. Biasa dipakai pada bagian rumah yang tidak mendapatkan cahaya
langsung dari jendela atau sebagai aksen yang melengkapi design sebuah rumah.
Bentuknya pun bermacam macam, ada yang berbentuk lembaran kaca atau genteng
kaca sesuai kebutuhan. (Rumah ide, 2011)
B. Bahan Baku Pembuatan
Genteng Tanah Liat
1. Tanah Liat/ Lempung
Tanah
liat/lempung adalah sejenis tanah liat yang bersifat plastis mengandung kadar
silica dan alumina yang tinggi. Lempung merupakan mineral sekunder dan
tergolong aluminium filosilikat terhidrasi. Mineral lempung (clay) sangat umum
digunakan dalam industri keramik. Mineral lempung merupakan penyusun batuan sedimen
dan penyusun utama dari tanah. (Sinugroho, 1979).
Genteng rumah |
Harga atap multiroof
Lempung
adalah material yang memiliki ukuran diameter partikel < 2 μm dan dapat
ditemukan dekat permukaan bumi. Karakteristik umum dari lempung mencakup
komposisi kimia, struktur lapisan kristal dan ukurannya. Semua mineral lempung
memiliki daya tarik terhadap air.
Sebagian
mudah untuk membesar dan dapat memiliki volume 2 kali lebih besar dalam keadaan
basah. Sebagian besar lempung terbentuk ketika batu berkontak dengan air, udara
atau gas. Contohnya adalah batu yang mengalami kontak dengan air yang dipanaskan
oleh magma (lelehan batu), batuan sedimen di laut atau di dasar danau. Semua
kondisi alam diatas akan membentuk mineral lempung dari mineral sebelumnya.
Mineral lempung terdiri atas berbagai jenis, antara lain : kaolinit,
monmorilonit, illit atau mika, dan antapulgit. Mineral lempung yang terbentuk
dari erosi benua, tanah dan batuan-batuan laut adalah bagian yang penting untuk
lingkaran yang membentuk batuan sedimen. Batuan sedimen dilaporkan mengandung 70
% batuan lumpur (terkandung 50 % pecahan lempung) dan shale (batuan yang mudah
pecah, sepertibatuan lumpur mengandung partikel lempung). Karakteristik fisik
lempung adalah lengket dan mudah dibentuk saat lembab, tetapi keras dan kohesif
saat kering. Sebagian besar lempung memiliki kemampuan untuk menyerap ion dari
suatu larutan dan melepaskan ion tersebut bila kondisinya berubah. Molekul air
sangat tertarik pada permukaan mineral lempung, oleh karena itu ketika sedikit lempung
ditambahkan ke dalam air maka akan terbentuk slurry karena lempung
mendistribusikan dirinya sendiri ke dalam air. Campuran lempung dalam jumlah
besar dan sedikit air akan menghasilkan lumpur yang dapat dibentuk dan
dikeringkan untuk menghasilkan bahan yang keras dan padat. (Sutopo, 1987).
a. Struktur Atom
Mineral Lempung
Struktur atom mineral
lempung terdiri dari dua unit struktural, yaitu:
1. Silika tetrahedral,
yang terdiri dari empat atom oksigen mengelilingi satu atom silicon, kombinasi
ini membentuk lempeng silica (shilica sheet)
Gambar 1. Struktur
Kristal Silica (Das, 1998)
2. Aluminium
oktahedral, yang terdiri dari enam gugus hidroksil yang mengelilingi sebuah
atom aluminium. Kombinasi ini membentuk lempeng gibbsite (gibbsite sheet) atau
dapat juga disebut lempeng brucite (brucite sheet) bila atom Al digantikan oleh
Mg.
Gambar 2. Struktur
Aluminium Oktahedral
Jaringan
tetrahedral memiliki dua struktur, yaitu dioktahedral dan trioktahedral.
Struktur dioktahedral memiliki dua kation oktahedral per unit sel karena Al3+
lebih dominan dan hanya menempati 2/3 kisi oktahedral sedangkan struktur
triokthedral memiliki 3 kation octahedral tiap setengah unit sel. Umumnya skema
struktural mineral lempung dihasilkan oleh kombinasi lempeng unit tetrahedral
dan unit oktahedral. Dua pertiga hidroksil pada salah satu bidang pada lapisan
oktahedral diganti oleh oksigen apical dari lapisan tetrahedral. Ion-ion OH-
pada pusat heksagonal dibentuk oleh oksigen dari lapisan tetrahedral. Kombinasi
satu lapisan octahedral dan satu lapisan tetrahedral dengan cara ini
menghasilkan struktur lapisan 1:1. Tetapi bila dua lapisan silica ditambahkan
dengan menempatkan lagi hidroksil berlawanan dengan kation oktahedral akan menghasilkan
jenis srtuktur 2:1. (Abdulloh, 2004).
b. Komposisi Mineral
Lempung
Berdasarkan
komposisinya mineral lempung dibedakan menjadi beberapa kelompok seperti ditampilkan
pada tabel 1, sedangkan komposisi kimia yang terdapat dalam lempung menurut
metode NLCE (NationalLaboratory for Civil Engeneering) terlihat pada table 2.
Tabel 1. Kelompok dan
komposisi mineral lempung.
Kelompok Struktur
Lapissan Komposisi
Kaolinite 1:1
dioktahedral Al2Si2O5(OH)4
Serpentine 1:1
troktahedral Mg6Si4O10(OH)8
Montmorilonte atau Semectite
2:1 dioktaheral atau troktahedral
(Na,Ca)0,3(Al,Mg)2Si4O10
(OH)2nH2O
Pyrohillite 2:1
dioktahedral Al2Si4O10(OH)
Talk 2:1 trioktahedral
(Mg,Fe,Al)6(Si,Al)4O10 (OH)8
Chlorite 2:1 trioktahedral
(Mg,Fe,Al)6(Si,Al)4O10 (OH)8
Mika 2:1 dioktahedral
atau trioktahedral KAl2(AlSi)O10(OH)
Sumber : Abdulloh
(2004) dan Barroroh (2007)
Lapisan
alumina memiliki rumus molekul Al2(OH)6 dan ini biasa disebut gibbsite.
Struktur ini tersusun satu atom alumunium dan enam atom oksigen yang membentuk
struktur oktahedral. Atom alumunium dapat digantikan oleh atom magnesium
membentuk struktur dengan nama brucite, Mg3(OH)6.
Tabel 2. Komposisi
kimia dalam lempung
Silika (SiO2) 61,43
Alumina (Al2O3) 18,99
Besi Oksida (FeO3) 1,22
Kalsium Oksita (CaO)
0,84
Magnesium Oksida (MgO)
0,91
Sulfur Trioksida (SO3)
0,01
Potasium Oksida (K2O)
3,21
Sodium Oksida (Na2O)
0,15
H2O hilang pada suhu
105° C 0,6
H2O hilang pada
pembakaran diatas
105° C
12,65
c. Penggunaan Lempung
dalam Kehidupan Manusia
Lempung
merupakan mineral yang mempunyai banyak kegunaan dan aplikasi, tidak hanya
sebagai bahan keramik, bahan bangunan, bahan pelapisan kertas, atau bahan
farmasi saja namun penggunaan lempung telah mengalami pengembangan. Saat ini
lempung juga banyak digunakan sebagai adsorben, penyangga katalis, penukar ion,
dll, bergantung pada sifat fisik lempung tersebut. Dalam bidang katalis, lempung
telah lama dikenal sebagai katalis perengkahan dan merupakan katalis
perengkahan komersial pertama (USA, 1936) yang digunakan dalam perengkahan
minyak bumi. Walaupun sudah tidak digunakan lagi sebagai sebuah katalis komersial
(hanya sebagai komponen penyangga), namun penelitian dan pengembangan terhadap
lempung sebagai komponen katalis perengkahan masih terus dilakukan hingga sekarang.
Hal ini disebabkan oleh keistimewaan struktur lempung, yaitu ukuran porinya
yang besar.
d. Asal Usul
Terbentuknya Lempung
Batu
lempung adalah merupakan kumpulan dari mineral lempung yang termasuk jenis
batuan sedimen yang mempunyai ukuran butir < 1/256 mm (skala wentworth),
lempung ini tersusun atas kelompok alumina silicates (alumina silika, seperti
Al, Fe, Mg, Si), lempung biasanya muncul dari daerah dengan kondisi geologis
tertentu dan bisa terbentuk di laut (marine clay) atau di darat (terrestrial
clay), dengan proses pembentukan bisa secara allogenic clay (dari luar cekungan
sedimentasi) atau secara authigenic clay (terbentuk di dalam lingkungan sedimentasi,
misalnya perubahan atau proses alterasi dari mineral feldspar menjadi mineral
lempung) dan juga dapat terbetuk di daerah vulkanik, daerah geotermal dan
sebagainya. Jadi ditinjau dari ukuran butir dalam urutan batuan sedimen, batu
lempung ini mempunyai ukuran yang paling halus. Salah satu contoh dari batu
lempung diantaranya adalah batu lempung karbonat dan batu lempung laminasi.
Batu
lempung karbonat mengandung material karbon / bersifat karbonan material ini
umumnya berwarna gelap. Proses terbentuknya material karbonat ini berhubungan
dengan tanaman darat (land plants/terrestrial higher plants), yang tertimbun
dalam proses sedimentasi dalam kondisi reduksi (an-oxidized), sehingga menjadikan
pengkayaan material organik. Umumnya batu lempung karbonat jarang yang
berfungsi sebagai reservoir melainkan bisa sebagai batuan penutup. Justru kalau
organic materialnya berlebih/ kandungan TOC (total organic content) tinggi maka
dapat berfungsi sebagai source rock (batuan induk, batuan yang menghasilkan
hydrocarbon), atau sering disebut sebagai oil shale, bisa black shale (umumnya
di laut) atau brown shale (terrestrial). Batu lempung laminasi ini terbentuk
dari batuan asal (batuan induk) akibat dari proses pelapukan dan tertransportasinya
batuan induk tersebut menuju suatu cekungan atau daratan, di mana jarak yang
ditempuh sangat jauh di bawa oleh media air yang sangat deras sampai mengakibatkan
butiran sangat halus. Butiran yang halus tersebut terus terbawa sampai ke
daerah cekungan berarus tenang dan butiran yang halus tersebut terendapkan
secara perlahan-lahan dan terjadi proses yang disebut lithifikasi atau
sedimentasi sehingga terjadilah pembatuan yang akhirnya terbentuk batu lempung
laminasi. (Abdulloh, 2004)
2.
Pasir
Pasir
merupakan agregat halus yang terdiri dari butiran sebesar 0,14-5 mm, di dapat
dari batuan alam (natural sand) atau dapat juga dengan memecahnya (artificial
sand), tergantung dari kondisi pembentukan tempat terjadinya. Pasir alam dapat
dibedakan atas: pasir galian, pasir sungai, dan pasir laut. Pasir merupakan
bahan pengisi yang digunakan dengan tanah liat untuk membuat adukan. Selain itu
pasir juga berpengaruh terhadap sifat tahan susut, keretakan dan kekerasan pada
produk bahan bangunan campuran tanah liat. (Badan Standar Nasional, 2002).
3.
Air
Air
merupakan bahan dasar yang sangat penting dalam pembuatan genteng. Air
diperlukan untuk bereaksi dengan tanah liat serta menjadikan bahan pelumas
antara tanah liat dengan pasir agar dapat mudah dikerjakan dan dipadatkan. (
Spesifikasi Bahan Bangunan,2002).
4.
Limbah Padat Abu Terbang Batubara (fly ash)
Abu
batubara sebagai limbah tidak seperti gas hasil pembakaran, karena merupakan
bahan padat yang tidak mudah larut dan tidak mudah menguap sehingga akan lebih merepotkan
dalam penanganannya. Apabila jumlahnya banyak dan tidak ditangani dengan baik,
maka abu batubara tersebut dapat mengotori lingkungan terutama yang disebabkan
oleh abu yang beterbangan di udara dan dapat terhisap oleh manusia dan hewan
juga dapat mempengaruhi kondisi air dan tanah di sekitarnya sehingga dapat
mematikan tanaman. Akibat buruk terutama ditimbulkan oleh unsur-unsur Pb, Cr
dan Cd yang biasanya terkonsentrasi pada fraksi butiran yang sangat halus (0,5
– 10 μm). Butiran tersebut mudah melayang dan terhisap oleh manusia dan hewan,
sehingga terakumulasi dalam tubuh manusia dengan konsentrasi tertentu dapat
memberikan akibat buruk bagi kesehatan (Putra,D.F. etal, 1996). Fly ash dapat
dibedakan menjadi 3 jenis (ACI Manual of Concrete Practice 1993 Part 1
226.3R-3),yaitu :
a. Kelas C
Fly
ash yang mengandung CaO di atas 10% yang dihasilkan daripembakaran lignite atau
sub-bitumen batubara (batubara muda).
1.
Kadar (SiO2 + Al2O3 +Fe2O3) > 50%
2.
Kadar CaO < 5%
Kelas F
Fly
ash yang mengandung CaO lebih kecil dari 10% yang dihasilkan dari pembakaran
anthracite atau bitumen batubara.
1.
Kadar (SiO2 + Al2O3 +Fe2O3) > 70%
2.
Kadar CaO < 5%
c.
Kelas N
Pozzolan alam atau
hasil pembakaran yang dapat digolongkan antara lain tanah diatonic, opaline
chertz, shale, tuff dan abu vulkanik, yang mana biasa diproses melalui
pembakaran atau tidak
melalui proses embakaran. Selain itu juga
mempunyai sifat pozzolan yang baik. Abu terbang batubara umumnya dibuang di ash
lagoon atau ditumpuk begitu saja di dalam area industri. Penumpukan abu terbang
batubara ini menimbulkan masalah bagi lingkungan. Berbagai penelitian mengenai pemanfaatan
abu terbang batubara sedang dilakukan untuk meningkatkan nilai ekonomisnya serta
mengurangi dampak buruknya terhadap lingkungan. Saat ini abu terbang batubara
digunakan dalam pabrik semen sebagai salah satu bahan campuran pembuat beton.
Selain itu, sebenarnya abu terbang batubara memiliki berbagai kegunaan yang amat
beragam:
1.
Penyusun beton untuk jalan dan bendungan
2.
Penimbun lahan bekas pertambangan
3.
Recovery magnetic, cenosphere, dan karbon
4.
Bahan baku keramik, gelas, batu bata, dan refraktori
5.
Bahan penggosok (polisher)
6.
Filler aspal, plastik, dan kertas
7.
Pengganti dan bahan baku semen
8.
Aditif dalam pengolahan limbah (waste stabilization)
9.
Konversi menjadi zeolit dan adsorben
Sifat Kimia dan Sifat
Fisik Fly Ash
Komponen
utama dari abu terbang batubara yang berasal dari pembangkit listrik adalah
silika (SiO2), alumina, (Al2O3), besi oksida (Fe2O3), kalsium (CaO) dan sisanya
adalah magnesium, potasium, sodium, titanium dan belerang dalam jumlah yang
sedikit. Rumus empiris abu terbang batubara ialah: Si, Al, Ca, Na, Fe, Mg, K,
Ti.
Tabel
3. Komposisi Kimia Abu Terbang Batubara
Komponen
Sub Bituminous (%)
SiO2
40-60
Al2O3
20-30
Fe2O3
4-10
CaO
5-30
MgO
1-6
SO3
1-6
Na2O
0-2
K2O
0-4
LOI
0-3
Sifat
kimia dari abu terbang batubara dipengaruhi oleh jenis batubara yang dibakar
dan teknik penyimpanan serta penanganannya. Pembakaran batubara lignit dan
subbituminous menghasilkan abu terbang dengan kalsium dan magnesium oksida
lebih banyak dari pada jenis bituminous. Namun, memiliki kandungan silika,
alumina, dan karbon yang lebih sedikit dari pada bituminous. Dan pada
penelitian ini jenis batubara yang digunakan adalah jenis sub bituminous yang
berasal dari PLTU Labuhan Angin Sibolga. Kandungan karbon dalam abu terbang
diukur dengan menggunakan Loss Of Ignition Method (LOI), yaitu suatu keadaan
hilangnya potensi nyala dari abu terbang batubara. Abu terbang batubara terdiri
dari butiran halus yang umumnya erbentuk bola padat atau berongga. Ukuran
partikel abu terbang hasil pembakaran batubara bituminous lebih kecil dari
0,075 mm. Kerapatan abu terbang berkisar antara 2100 sampai 3000 kg/m3 dan luas
areaspesifiknya (diukur berdasarkan metode permeabilitas udara Blaine) antara
170 sampai 1000 m2/kg, sedangkan ukuran partikel rata-rata abu terbang batubara
jenis sub-bituminous 0,01mm – 0,015 mm, luas permukaannya 1-2 m2/g, massa jenis
(specific gravit) 2,2 – 2,4 dan bentuk partikel mostly spherical , yaitu sebagian
besar berbentuk seperti bola, sehingga menghasilkan kelecakan (workability)
yang lebih baik. (Nugroho,P dan Antoni, 2007)
5.
Silika
Silika
atau dikenal dengan silikon dioksida (SiO2) merupakan senyawa yang banyak
ditemui dalam bahan galian yang disebut pasir kuarsa, terdiri atas
kristal-kristal silika (SiO2) dan mengandung senyawa pengotor yang terbawa
selama proses pengendapan. Pasir kuarsa juga dikenal dengan nama pasir putih merupakan
hasil pelapukan batuan yang mengandung mineral utama seperti kuarsa dan
feldsfar. Pasir kuarsa mempunyai komposisi gabungan dari SiO2, Al2O3, CaO,
Fe2O3, TiO2, CaO, MgO, dan K2O, berwarna putih bening atau warna lain bergantung
pada senyawa pengotornya. Silika biasa diperoleh melalui proses penambangan
yang dimulai dari menambang pasir kuarsa sebagai bahan baku. Pasir kuarsa
tersebut kemudian dilakukan proses pencucian untuk membuang pengotor yang kemudian
dipisahkan dan dikeringkan kembali sehingga diperoleh pasir dengan kadar silika
yang lebih besar bergantung dengan keadaan kuarsa dari tempat penambangan.
Pasir inilah yang kemudian dikenal dengan pasir silika atau silika dengan kadar
tertentu. Silika biasanya dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dengan berbagai
ukuran tergantung aplikasi yang dibutuhkan seperti dalam industri ban, karet,
gelas, semen, beton, keramik, tekstil, kertas, kosmetik, elektronik, cat, film,
pasta gigi, dan lain-lain. Untuk proses penghalusan atau memperkecil ukuran
dari pasir silika umumnya digunakan metode milling dengan ball mill untuk
menghancurkan ukuran pasir silika yang besar-besar menjadi ukuran yang lebih
kecil dan halus, silika dengan ukuran yang halus inilah yang biasanya bayak digunakan
dalam industri.
Saat
ini dengan perkembangan teknologi mulai banyak aplikasi penggunaan silika pada
industri semakin meningkat terutama dalam penggunaan silika pada ukuran
partikel yang kecil sampai skala micron atau bahkan nanosilika. Kondisi ukuran
partikel bahan baku yang diperkecil membuat produk memiliki sifat yang berbeda
yang dapat meningkatkan kualitas. Sebagai salah satu contoh silika dengan
ukuran mikron banyak diaplikasikan dalam material building, yaitu sebagai bahan
campuran pada beton. Rongga yang kosong di antara partikel semen akan diisi oleh mikrosilika sehingga
berfungsi sebagai bahan penguat beton (mechanical property) dan meningkatkan
daya tahan (durability). Selama ini kebutuhan mikrosilika dalam negeri dipenuhi
oleh produk impor. Ukuran lainnya yang lebih kecil adalah nanosilika banyak
digunakan pada aplikasi di industri ban, karet, cat, kosmetik, elektronik, dan
keramik. Sebagai salah satu contoh adalah pada produk ban dan karet secara
umum. Manfaat dari penambahan nanosilika pada ban akan membuat ban memiiki daya
lekat yang lebih baik terlebih pada jalan salju, mereduksi kebisingan yang
ditimbulkan dan usia ban lebih pajang daripada produk ban tanpa penambahan
nanosilika.
Untuk
memperoleh ukuran silika sampai pada ukuran nano/ mikrosilika perlu perlakuan
khusus pada prosesnya. Untuk mikrosilika biasanya dapat diperoleh dengan metode
special milling, yaitu metode milling biasa yang sudah dimodifikasi khusus
sehingga kemampuan untuk menghancurkannya jauh lebih efektif, dengan metode ini
bahkan dimungkinkan juga memperoleh silika sampai pada skala nano. Sedangkan
untuk nanosilika bisa diperoleh dengan metode-metode tertentu yang sekarang
telah banyak diteliti diantaranya adalah sol-gel process, gas phase process, chemical
precipitation, emulsion techniques, dan plasma spraying & foging proses
(Polimerisasi silica terlarut menjadi organo silika). (Harsono, H., 2002)
Tidak ada komentar:
Write komentar